Jumat, 24 Mei 2013

Gerakan Masyarakat dalam Mensosialisasikan Pelestarian Lingkungan Hidup

Earth Hour
Earth Hour adalah salah satu kampanye WWF, organisasi konservasi terbesar di dunia, yang berupa inisiatif global untuk mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk turut serta mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam, pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret setiap tahunnya. Earth Hour berawal dari kampanye kolaborasi antara WWF-Australia, Fairfax Media, dan Leo Burnett untuk kota Sydney, Australia, dengan tujuan mengurangi gas rumah kaca di kota tersebut sebanyak 5% pada tahun 2007. Keberhasilan kampanye ini diharapkan dapat diadopsi oleh masyarakat, komunitas, bisnis, serta pemerintah lain di seluruh dunia sehingga seluruh warga dunia dapat menunjukkan bahwa sebuah aksi individu yang sederhana sekalipun bila dilakukan secara massal akan membuat kehidupan kita di Bumi menjadi lebih baik.


Target kampanye Earth Hour, yaitu : 

  1. Untuk melanjutkan target energi dan perubahan gaya hidup di kota-kota besar di dunia dengan konsumsi listrik tinggi
  2. Dan berusaha mengaitkan dengan potensi sumber energi terbarukan yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan
  3. Mengangkat dan memancing semangat kepemimpinan pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka  

Earth Hour merupakan momentum strategis untuk : 
  1. Masyarakat bahwa terjadinya perubahan iklim juga berasal dari penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar fosil
  2. Mempromosikan energi efisiensi di kota dengan populasi dan konsumsi listrik yang boros
  3. Mengingatkan Menciptakan dan memicu kesadaran masyarakat tentang gaya hidup hemat energi di kota-kota besar di Jawa-Bali, krisisnya pasokan serta distribusi listrik, dan juga potensi sumber-sumber listrik di Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat lokal, dalam perspektif yang lebih luas juga dapat memberikan stimulasi perubahan perilaku serta insentif bagi perekonomian.


Festival Mata Air – Komunitas TUK ( Tanam Untuk Kehidupan )
Festival Mata Air adalah kegiatan tahunan Komunitas TUK. Festival Mata Air merupakan media kampanye pelestarian lingkungan yang sangat efektif kepada masyarakat melalui seni dan budaya. Selama ini Festival Mata Air diselenggarakan di Kota Salatiga, Jawa Tengah. Melalui Festival Mata Air diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kepedulian dan kesadaran diri untuk menjaga kelestarian lingkungan. Pada Festival Mata Air 5 diadakan berbagai acara antara lain lomba foto bertema lingkungan, penanaman pohon dan pawai kostum daur ulang. Komunitas Tanam Untuk Kehidupan (TUK) adalah suatu komunitas yang mempunyai perhatian akan isu-isu lingkungan berkedudukan di Salatiga, Jawa Tengah. 


Melalui kesenian dan budaya, TUK membuat berbagai macam program yang sifatnya mendidik dan menghibur untuk membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap permasalahan lingkungan lokal, terutama air. Pada saat ini anggota TUK adalah sukarelawan yang mempunyai perhatian terhadap isu-isu lingkungan hidup. TUK mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan pemerintah daerah dan percaya bahwa kampanye ini akan berhasil membangkitkan kesadaran dan mencuatkan permasalahan lingkungan ke depan. Program kampanye TUK sangat aktif, diantaranya proyek Workshop Kesenian dan Pendidikan Lingkungan, Aksi Lingkungan seperti bersih sungai, reboisasi dan cabut paku dari pohon, Melukis Mural bertema lingkungan dan acara tahunan- Festival Mata Air.


Bank Sampah
Sesuai dengan namanya, maka yang dimaksud bank sampah adalah tempat untuk melakukan pengelolaan persampahan. Dimana konsep bank sampah ini didasarkan untuk mengajak peran aktif masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah, bank sampah dikelola dari, oleh dan untuk masyarkaat. Sampah dari masyarakat yang selama ini menganut sistem kumpul angkut buang yang terbukti kurang optimal dan hanya memindahkan masalah, akan dikelola oleh masyarakat. Masyarakat akan mengumpulkan sampahnya yang telah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik (karena pengelolaan dua jenis sampah tersebut berbeda) di bank sampah dan dicatat oleh petugas bank sampah, Selanjutnya sampah tersebut di oleh oleh pengurus bank sampah dan bila laku dijual maka keuntungan akan dibagi ke nasabah yang telah menyerahkan sampahnya tadi. Dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan terkait dengan pengelolaan sampah mulai dari hulu yaitu sampah rumah tangga dengan pemilahan sampah organik (basah) dan sampah anorganik (kering) serta memanfaatkannya, yaitu sampah basah untuk kompos dan yang terbaru untuk biogas dan sampah kering untuk kerajinan daur ulang dan dijual untuk didaur ulang oleh Pabrik (Plastik, Kertas, Botol, Besi)



Car Free Day ( Hari Bebas Kendaraan Bermotor )
Kegiatan hari bebas kendaraan bermotor (car free day) telah menjadi tren yang dilaksanakan pada kota-kota di wilayah Indonesia. Car Free Day di inspirasi oleh kesadaran akan menipisnya cadangan sumber daya alam, khususnya minyak bumi serta meningkatnya emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Car free day bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor, sehigga menghemat penggunaan jumlah persediaan bahan bakar. Tujuan yang lain adalah untuk pengurangan jumlah polusi udara. Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar untuk dihirup manusia dan makhluk hidup lainnya, kini kering dan kotor. Perubahan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel) ke dalam udara. Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan pula melalui program Car Free Day.



Kampanye Go-Green di Perusahaan-perusahaan Indonesia
  • The Body Shop Indonesia: Menuju Perilaku Ramah Lingkungan

The Body Shop Indonesia ingin menjadi panutan dan pemimpin untuk penerapan green behavior (perilaku ramah lingkungan) yaitu sesuai dengan harapan pendiri The Body Shop itu sendiri. TBSI membayangkan bahwa puluhan tokonya yang tersebar di kota-kota besar Indonesia menjadi pilihan pertama bagi customer yang menginginkan perilaku lebih hijau. The Body Shop dikenal sebagai produsen kosmetik berbahan dasar alami, menentang keras uji coba pada binatang dan berkomitmen pada penyelamatan planet bumi. Warisan nilai ini terbentuk sejak perintis TBS, almarhumah Anita Roddick, yang seorang aktivis lingkungan mendirikan The Body Shop di London, Inggris. Komitmen kuat The Body Shop tampak pada tulisan besar yang terpampang di pintu masuk kantor pusat TBSI di Gedung Sentosa Sektor 7 Bintaro, Banten. “Green Office Green Behavior,” demikian bunyi tulisan tersebut. Penegasan ramah lingkungan juga ditunjukkan dengan melarang membawa styrofoam seperti tertulis jelas di pintu masuknya. Sementara di halaman depan dan samping terdapat 20 lebih lubang biopori. Salah satu komitmen The Body Shop adalah menghemat energi dan peduli pada persediaan listrik maupun air. Contoh di kantor TBSI, setiap hari pengumuman rutin sebelum jam 12 siang selalu berkumandang, ”Selamat siang penghuni gedung, sebentar lagi kita istirahat, pastikan komputer Anda mati dan pilah sampah Anda sesuai kategori’’. Program penghematan energi khusus hari Jumat pernah dilakukan TBSI, yaitu dengan memanfaatkan jam istirahat Jumat yang lebih panjang. Selama 1,5 jam di hari Jumat semua listrik dimatikan. Sekarang peraturan terdapat peraturan baru yaitu, apabila datang kurang dari jam 8.15 harus naik tangga ke lantai atas karena lift baru beroperasi jam 8.15. Sedangkan pukul 17.30, AC sudah mati. Kegiatan ini sangat didukung oleh pimpinan.

  • PT Unilever Indonesia Tbk.: Ciptakan Lingkungan Hijau lewat Program Kemasyarakatan

’Sekali Bilas”. Demikian bunyi tagline Molto Ultra, produk pelembut dan pengharum pakaian dari PT Unilever Indonesia Tbk. (ULI). Tagline tersebut tak sekadar “pemanis” produk, tetapi juga memiliki misi sosial. Tagline ini juga mengajak keluarga Indonesia untuk menggeser paradigma dalam menggunakan air untuk hemat energi dan menyelamatkan lingkungan. ULI memiliki komitmen untuk terus-menerus mengadakan perbaikan dalam pengelolaan dampak lingkungan, selain berupaya mendukung sasaran jangka panjang untuk mengembangkan bisnis yang langgeng. ULI juga bekerja sama dalam kemitraan dengan pihak lain untuk menggalakkan kepedulian lingkungan, meningkatkan pemahaman akan masalah lingkungan dan menyebarluaskan budaya karya yang baik. ULI secara langsung membawa ke dalam program corporate social responsibility (CSR) dari hulu ke hilir yang menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan di dalam proses bisnis perusahaan. Program CSR lingkungan yang pernah digelar ULI di antaranya Green and Clean, Trashion, Green Festival, Jakarta Green Office, dan Jakarta Green School. Josef menjelaskan, Program Green and Clean diawali di Surabaya pada 2001 di Kelurahan Jambangan, Surabaya. Tujuannya adalah mengedukasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan lingkungan termasuk masalah sampah. Saat ini, Green and Clean berkembang di enam kota besar, Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Makassar, Medan, dan Banjarmasin. Pendekatan program dilakukan dengan cara memberdayakan peran pemimpin di masyarakat (fasilitator lingkungan) yang kemudian mengajak warga masyarakat untuk berperan aktif dalam mengelola lingkungan (kader lingkungan). Program lain, Trashion (Trash Fashion), diciptakan untuk mengurangi dampak sampah kemasan plastik dengan cara memberi nilai tambah, bersama dengan Hypermart ULI mengajak masyarakat untuk turut ambil bagian dalam upaya melestarikan lingkungan melalui penggunaan produk daur ulang plastik di dalam aktivitas mereka sehari-hari. Sementara Green Festival merupakan kelanjutan dari Konferensi Internasional tentang Perubahan Iklim Desember lalu dan menggandeng Kompas, FeMale Radio, MetroTV dan PT Pertamina (Persero). Sedangkan Jakarta Green Office adalah ajang kompetisi antar kelompok karyawan perusahaan tentang kepedulian terhadap lingkungan kerja dalam gerakan penghematan energi listrik, air, kertas serta pengelolaan sampah. Sedangkan Jakarta Green School merupakan bagian dari program lingkungan yang bertujuan mengedukasi siswa sekolah dimulai dari lingkungan sekolah. Program ini diikuti oleh 33 SD dan 26 SMP di Jakarta.

  •  NSN Indonesia: Green untuk Pelanggan, Karyawan, dan Masyarakat

Awal 2009 silam, 150 karyawan Nokia Siemens Network Indonesia (NSN) berjalan kaki melewati medan terjal dan menanjak sejauh enam kilometer menuju Taman Nasional Gunung Pangrango. Rombongan “orang kantoran” ini terlihat kelelahan setelah menanam 1.000 bibit pohon. Aksi ini merupakan salah satu program corporate social responsibility (CSR) yang rutin dilakukan bekerja sama dengan Green Radio. Konsep tersebut dinamakan Program Adopsi Pohon, yakni karyawan diajak untuk mengadopsi beberapa pohon. Setiap pohon dihargai Rp 110 ribu, tapi karyawan hanya membayar satu pohon itu dengan harga Rp 10 ribu, sisanya Rp. 100 ribu sumbangan dari perusahaan,” katanya menjelaskan. Sementara untuk pemeliharaan pohon dilakukan oleh para petani setempat. NSN juga melakukan program penghijauan dengan menanam 3.000 mangrove (bakau) di Taman Laut Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Perusahaan penyedia jaringan telekomunikasi ini juga memberikan pelatihan kepada para nelayan setempat mengenai lingkungan, wirausaha, dan information and communication technology (ICT). Program green juga diterapkan di lingkungan NSN sendiri. Antara lain, di setiap jendela tidak diberikan gorden agar sinar matahari dapat langsung masuk. Perusahaan menghemat energi listrik dengan mematikan lampu pada pukul 19.30 WIB. Pihak perusahaan saat ini sedang gencar kampanye hemat cetak kertas. perusahaan selalu menginformasikan ke karyawan melalui email, bahwa print per lembar menghabiskan biaya sekitar Rp 200, sedangkan print warna sebesar Rp 1.300 per lembar. NSN juga fokus terhadap program green kepada para pelanggan. Misalnya, pertama, perusahaan mengurangi jumlah Base Transceiver  Station (BTS). Pasalnya dalam sebuah konsep mobile network, BTS selalu menghabiskan energy listrik yang paling besar. Kedua, NSN berusaha  menciptakan produk  yang  hemat energi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar